Ruh Makkah? Yalla..!

“Ruh Makkah? yalla sodik!” teriak sang sopir yang menghampiriku saat tiba di terminal. Kata “ruh” di sini bukan berarti ruh yang ada di tubuh manusia. Namun “ruh” yang dimaksud “pergi”. Kata “ruh” itu merupakan bahasa arab yang biasa dipakai untuk sehari-hari atau istilah arabnya ‘amiyah (umum). Sedangkan “yalla” bisa diartikan dengan “ayo!” atau bahasa gaulnya “buruan dong!

Gbr.(1) Taksi resmi yang beroperasi di Jeddah dan sekitarnya.

Perjalanan dari apartemen ke terminal biasanya menggunakan taksi. Taksi yang dimaksud itu bisa berupa taksi yang resmi maupun mobil pribadi. Dan tak jarang dijumpai sebuah mobil Camry mulus menghampiri saya di tepi jalan seberang apartemen. Sang sopir seraya mengucapkan salam.

“Salam alaikum ya habibi.. Wen ruh?” maksudnya menanyakan saya mau pergi ke mana. Bahasa gaulnya kira-kira begini,”Hai say, mo’ kemana nich?”. Sambil menebar senyumnya. Hemm..Saat pertama kalinya, saya heran karena jarang sekali itu terjadi di Jakarta. Kalau di Jakarta saya seringnya disangka orang Amerika. “Jack, ojek ojek..” kalau nggak salah sih begitu, hehe..

“Kilo ‘Asyroh.” jawabku dengan penuh gembira dan nggak berpikir macam-macam. “Yalla ta’al!” ajaknya tanpa banyak omong. Saya pun masuk ke dalam mobil Camry-nya yang masih mulus dan wah banget dech! maklum ndeso.

Karena nggak punya pengalaman sebelumnya, saya naik mobil itu tanpa menanyakan lagi berapa ongkosnya. Sehingga, di tengah perjalanan menuju Kilo Asyroh, sang sopir yang berkulit sawo terlalu matang itu tiba-tiba berkata,”’Isyrin” (dua puluh). Hah, Dua puluh?! Saya nggak paham maksudnya apa. Katanya ongkos naik taksi ke Kilo Asyroh itu dua puluh riyal. “Ow ow.. mahal banget! Kalau dikonversikan ke rupiah setara dengan 50 ribu. Saya pun terkejut ketika dia bilang tarif ongkosnya segitu.

Hati saya nggak bisa menerima begitu saja. “Lisy ‘isyrin? Ma ba’id min hina, Yalla asyroh aiwah!” Tanya saya kepadanya kenapa 20 riyal, karena nggak jauh-jauh amat, lalu saya tawar 10 riyal. Tapi sang sopir tetap ngeyel meminta 20 riyal. Oh, saya baru tahu ternyata inilah trik sang sopir untuk mengelabui si penumpang yaitu dengan cara menaikkan si penumpang terlebih dahulu ke dalam mobilnya, barulah selanjutnya diberitahukan tarifnya.

Lalu saya katakan lagi ke sang sopir,”Lisy inta ma fi kalam ‘isyrin zai kidza fil awwal. Yalla! kholas anzil hina”

Apa yang saya katakan ke sang sopir bahwa kenapa dia nggak bilang kalau ongkosnya 20 riyal di awal-awal sebelum saya naik. Karena hati saya nggak bisa menerima diperlakukan semacam itu, lalu saya minta untuk diturunkan saat itu juga. Hemm..mendengar ancaman saya, sang sopir akhirnya merasa kalah argumen,”Aiwah ma fi musykilah.” sambil mengusap batang hidungnya yang mirip bawang bombay. Ekekeke..

Kilo ‘Asyroh adalah nama suatu daerah di Jeddah yang berarti Kilo Sepuluh atau KM 10 yang di sekitarnya ada sebuah terminal untuk jurusan Mekkah. Tebakan saya terminal di Jeddah itu nggak seramai kalau dibandingkan terminal di Jakarta. Yup, ternyata memang benar. Jumlah bus dan kendaraan umumnya lebih sedikit, sama halnya dengan terminal lainnya seperti Albalad Jeddah. Walaupun terlihat lebih sepi, tapi apa yang saya rasakan ternyata jauh lebih ganas loh, bila dibandingkan di terminal Pulo Gadung. Eit, tapi tunggu dulu, ceritanya belum selesai nih. Bukannya saya mau menakut-nakuti ya.

Gbr.(2) Terminal Kilo Asyroh (10) Jeddah

Lanjut ya gan..

Setibanya saya di terminal Kilo Asyroh, saya disambut dengan segerombolan laki-laki bergamis putih dan bersorban, adapula yang tidak memakai sorban. Mereka mendatangi saya secara bersamaan, bahkan saat saya mau keluar dari pintu taksi, mereka menarik-narik tangan saya, yang lebih parah lagi ada yang mengalungkan leher saya dengan tangannya. Waduh, kok saya kaya mainan begini, tarik sana, tarik sini.

“Sodik ta’al, ruh Makkah ala tul” salah satu dari sopir itu merayu saya, katanya ia akan langsung berangkat ke Mekkah tanpa ngetem dulu. “Daqiqah” maksudku agar mereka memberi kesempatan sebentar buat saya untuk memilih mobil mana yang mau saya naiki. Sambil melepaskan genggaman dan rangkulan tangan-tangan besar dan berbulu itu. Diikuti dengan detak jantungku berdebar lebih cepat karena shock dengan perlakukan para sopir itu. “Huuh.. Bang Jenggot.. Bang Jenggot..“ sambil menunduk, nggak berani menatap mata-mata belo mereka. “Duh, sama calon penumpang aja perlakuannya kaya begini, gimana kalo sama pembantu yah??”

Saya mesti cepat ambil keputusan mau naik mobil yang mana. Karena gerombolan itu terus menatapkan mata belonya ke saya. “Baiklah kalo beg beg begitoh..” Saya perhatikan satu persatu mobil-mobil yang berjejer. Layaknya di showroom mobil. Mulai dari ujung kiri. “Ternyata mobilnya keren-keren yaks..” Elantra, Accent, Accord, Corolla, Camry, Maxima, berbagai tipe Hyundai, Chevrolet, bahkan mobil-mobil ber-cc besar pun ikutan nangkring di Kilo Asyroh.

Satu persatu saya datangi, satu demi satu pun sang sopir menghampiri. Mulai dari mobil sedan baru, saat saya tanya berapa ongkosnya, jawabnya,”Khomsata ‘asyroh” atau 15 riyal. Ditawar 10 riyal ternyata nggak mempan dan responnya,”Sayyaroh jadid ya sodik..” katanya mobilnya baru sehingga sang sopir itu pasang tarif mahal. Lalu beralih ke mobil lain, dan jawabannya pun sama 15 riyal. Saya pun tawar lagi dan responnya,”Ya sodik, inta bakhil..” Hah, saya dikata pelit. “Asyroh lazim ya Syeikh..” saya membalas bahwa 10 riyal itu tarif yang biasa untuk pergi ke Mekkah. Huh..ko pasang tarifnya mahal-mahal sih, nggak tahu saya mahasiswa yah, saya kan mesti prihatin. Nggak dapat mobil sedan yang 15 riyal, saya bergerak terus ke kanan hingga akhirnya saya menemui mobil GMC Yukon dan di dalamnya sudah terdapat 6 orang. Sang sopir meneriaki saya,”Habibi, ta’al! ruh Makkah ‘ala tul..” ia akan langsung berangkat ke Mekkah. Ongkosnya 10 riyal. Nah, ini dia yang saya cari. Alhamdulillah akhirnya dapat juga yang murah meriah.

Gbr.(3) Mobil GMC Yukon yang besar dan tahan banting di gurun

Penumpang di dalam mobil itu ada yang berwajah Pakistan, India, Bangladesh, Mesir, juga ada yang berwajah Afrika. Hampir semuanya berpakaian ihram. Saat saya masuk, terlihat semuanya hanya berdiam diri, khusyuk. Ada pula yang sudah mulai ngantuk. Sang sopir yang asli orang Saudi memakai gamis lengkap dengan sorban. Tak lupa pula tasbeh yang melekat di tangan kanannya.

GMC Yukon mulai berjalan secara perlahan. AC mobil mulai semriwingan. Radio tape mulai disetel. Terdengarlah lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibaca dengan suara merdu dan penuh penghayatan. Saya bertanya-tanya dalam hati, siapakah nama syeikh yang membaca Qur’an di kaset itu. Walaupun saya nggak terlalu paham dengan arti setiap ayat Qur’an, namun subhanallah suaranya membuat bulu kudu merinding. Perasaan yang tadinya galau karena perlakuan abang-abang jenggot itu kini luluh dengan alunan ayat-ayat Qur’an.

Setelah 60 detik GMC Yukon meninggalkan terminal Kilo Asyroh, ban-ban GMC Yukon mulai menapaki jalan yang tiada hambatan. Jalan lurus panjang. Jalan sirothol mustaqim alias jalan tol. Sepanjang mata memandang, yang terlihat hanya jalan lurus yang tiada bertepi. Bukit-bukit bebatuan pasir nan tandus menghiasi sisi kanan kiri jalan. Sesekali nampak sekumpulan onta dan domba yang sedang dikawani oleh orang arab baduy. Tiada warna yang dominan selain warna coklat bebatuan pasir yang telah lama mengalami pelapukan.

Suasana seperti ini mengingatkan saya akan sebuah nasyid.

Perjalanan masih jauh

Hampir tak bertemu ujung

Namun yakinlah hai kawan

Tujuan mulia pasti ada

 

Usia bukanlah ukuran

Tanpa dibatasi waktu

Walau tiada kesempatan

Cita-cita trus berjalan

 

Nafsu janganlah dibawa dalam perjalanan yang panjang

Banyak yang terhenti penuh sesal

Nafsu janganlah dibawa dalam perjuangan yang mulia

Banyak yang terhenti penuh dosa

Gbr.(4) Suasana jalan tol menuju Mekkah

Subhanallah, Maha suci Allah..

Sungguh luar biasa nuansa ruhani saya saat-saat itu. Seakan-akan saya dalam sebuah mimpi yang indah. Hati terasa damai, hati merasa tenteram. Pikiran tiada disibukkan dengan urusan duniawi. Tiada kemacetan di jalan. Semua penumpang khusyuk sambil berdzikir membaca talbiyah,”Labbaika Allahumma labbaik, labbaika laa syarika lak..” Butiran-butiran tasbeh menjadi saksi atas semua lafazh dzikir. Hingga akhirnya mata saya tertidur, dan benar-benar bermimpi indah.

Di dalam mimpi itu, saya melihat ada seorang bidadari yang parasnya caaantik jelita. Jauh lebih cute daripada Dewi Sandra. Ia berjalan dengan selendang merah jambu, langkah demi langkah berjalan mendekat ke arah ku. Jantungku benar-benar berdebar. Aku pun bertanya pada diri sendiri,“Kenapa jantungku berdebar-debar keras sekali bahkan lebih keras dari pukulan bedug  buka puasa? Apakah ini yang disebut dengan chemistry? Atau, inikah yang namanya cinta?” Kutundukkan pandanganku.  Malunya bukan main. Lebih malu daripada ketahuan kentut di kelas. Tapi, ada tapinya, aku pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Mungkin dialah belahan jiwaku yang selama ini kunanti-nanti. Mungkin dialah permaisuri yang sudah disiapkan Allah untukku. Mungkin dialah tulang rusukku yang selama ini kucari-cari. Lalu aku beranikan diri untuk menatapnya. Kuberanikan diri untuk melebarkan bibirku dengan senyum pepsodent. Kuberanikan diri untuk menegurnya. Dan tak lupa kuaktifkan bluetooth hape, siapa tahu dia ingin berbagi nomor hape. Namun saat satu langkah mendekatiku, tiba-tiba ada yang berteriak,

“Yalla yalla sur’ah!” sang sopir itu berteriak ke penumpang untuk segera turun dari mobil. Ternyata, Masjidil Haram sudah di depan mata toh. Alhamdulillah..Kok sebentar sekali perjalanan Jeddah ke Mekkah. Waduh, belum sempat dapat nomor hape bidadari itu, aku sudah terbangun dari mimpi indahku. Diikhlaskan sajalah, kan cuma mimpi. Mudah-mudahan nggak cuma mimpi, tapi bisa menjadi kenyataan nantinya. Aamiin..

Tak banyak buang waktu, saya bergegas menuju halaman Masjidil Haram nan luas dan megah itu. “Labbaika Allahummah labbaik..Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu..”

***

10 responses to “Ruh Makkah? Yalla..!

  1. Mantap banget khi sharing ceritanya lucu, fresh, segar, dan jujur tidak terlupa. Ane sruput mpe abis ni he he he

  2. kois marrah ceritanya,sampai ada mimpinya juga ya mu berangkat umroh,mungkin dah ada yang nyambut tuh akhi kedatangan antum diharom.

  3. Assalamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkatuhu. Abu Sa’id al Khudri menceriterakan ,”Rasulullah memberi makan hewan peliharaannyasendiri, mengikat onta, membersihkan rumah, memerah susu kambing, memperbaiki sandal, menjahit baju, makan bersama pembantunya, menumbuk gandum bila pmbantunya kelelahan, belanja ke pasar & membawanya sendiri, berjabat tangan dg org kaya, org faqir,org tua, org muda, bu…dak, & selalu memulai salam pada siapapun yg beliau jumpai tanpa melihat kedudukan mereka”…lagi2 kita terpukau & kehabisan bahasa memuji beliau, SubhanAllah, pantaslah beliau menjadi “uswah Hasanah” teladan terbaik bagi umat manusia (Qs Al Ahzab 21). Tidak terlambat u memulainya sahabatku, RENDAH HATI ITU INDAH…ayoo kita mulai.

  4. Mas Kus, geli juga saya bacanya… alhamdulillah pengisi libur panjang..jadi pingin kesana lagi.. Mudah2an, Allah mengijabah doaku n mas Kus segera menemukan tulang rusuknya…..

    • Makasih Bu Aas, semoga tulisan saya ada manfaatnya, setidaknya menghibur dan menambah kerinduan untuk mengunjungi Kota Suci Mekkah.
      Makasih atas doa dan harapan bu Aas, semoga bu Aas segera mengunjunginya lagi yah..Salam untuk semua dosen ya bu (kalau tidak disampaiakan tidak apa2)..

Leave a reply to Kuswantoro Marco Al-Ihsan Cancel reply